Taaruf
“Hai, manusia! Sesungguhnya, Kami
telah mejadikanmu dari seorang laki laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya, yang
paling mulia di sisi Allah ialah orang paling bertaqwa. Sesungguhnya, Allah
Mahamengetahui, Mahateliti.” (Q.S.: Al-Hujarat, 13)
Taaruf
berasal dari kata ‘arafa yang artinya adalah mengetahui atau mengenal. Jadi,
taaruf memiliki makna saling mengenal. Kata ’arafa sendiri ditulis di dalam
Al-Wuran surat Al Hujarat ayat 13.
Hal
penting yang harus digarisbawahi adalah taaruf bukanlah pacaran, perkara
tersebut merupakan dua hal yang berbeda. Bahkan sekarang ini muncul istilah dengan “pacaran secara
islam”. Sehingga memunculkan definisi baru bahwa taaruf adalah nama lain dari
pacaran, hanya secara islami.
Tata Cara Bertaaruf
Ada
beberapa rambu yang harus diperhatikan dalam melakukan taaruf. Hal-hal yang
wajib diingat oleh seorang muslimah, tatkala melakukan taaruf dengan seorang
ikhwan ;
1.
Menjaga
pandangan mata dan hati dari perkara
yang diharamkan
Jangan
biarkan hawa nafsu menyelimuti diri, hanya karena diri telah berada dalam
koridor Islam ketika melakukan taaruf, kemudian membiarkan pengelihatan dan
hati bebas berkeliaran dari hal-hal yang telah Allah haramkan.
“Katakan kepada para perempuan
beriman agar mereka menjaga pandanganya dan memelihara kemaluannya. Janganlah
menampakkan auratnya, kecuali yang biasa melihat. Hendaklah mereka menutupkan
kain kerudung ke dadanya dan jangan menampakkan auratnya, kecuali pada suami
mereka, ayah mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka,
saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka
putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan sesama Islam, hamba sahaya
yang mereka miliki, para pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
terhadap perempuan. Janganlah mereka menghentakkan kakinya agar orang-orang
mengetahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Hai, orang-orang beriman!
Bertaubatlah kepada Allah agar kami beruntung.” (Q.S.:
An-Nur, 31)
2.
Pokok
tema pembicaraan tidak mengandung dosa dan tidak boleh bermuatan berahi
Berhati-hati
dalam berkomunikasi dengan pasangan taaruf, harus dijadikan pertimbangan utama
bagi seorang muslimah. Jangan biarkan tema-tema yang menyerempet dosa, atau
bahkan pembicaraan yag bertemakan seks berada dalam proses taaruf.
3.
Tidak
melakukan khalwat
Khalwat
adalah berdua-duaan di antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram
ditempat yang sepi atau tersembunyi. Hai ini tidak boleh dilakukan oleh
pasangan yang sedang melakukan taaruf. Hal ini tentu saja untuk menghindari
dari hal-hal yag telah dilarang oleh Allah.
“Janganlah sekali-kali seorang
laki-laki menyediri degan perempua yang tidak
halal baginya karena ketiganya adalah setan, kecuali ada mahramya.” (H.R.
Ahmad)
4.
Menghindari
bersentuhan secara fisik
Menjaga
diri terlebih dahulu dari bersentuhan dengan laki-laki bukan mahram, adalah hal
lainnya yang penting untuk dipikirkan oleh seorang muslimah ketika bertaaruf.
5.
Melindungi
aurat masing-masing yang sesuai dengan aturan Islam
Seorang muslimah harus
memahami betul apa yang menjadi batasan aurat dalam dirinya. Yakni, seluruh
tubuhnya merupakan aurat. Kecuali muka, punggung tangan, serta kedua telapak
tangannya.
Sedangkan laki-laki adalah dari
pusar hingga lutut. Oleh kareanya, bagian tubuh dibawah pusar dan merupakan
aurat. Hal ini berdasarkan sebuah hadist, dimana Rasulullah saw berkata kepada
Ma’mur (dan saat itu kedua pahanya terbuka), “Wahai Ma’mur, tutuplah kedua pahamu itu karena kedua paha itu aurat.”
0 komentar:
Posting Komentar